Selasa, 06 Desember 2011

Planet Kelima di Tata Surya Baru

0 komentar
Picture
  - Astronom Amerika Serikat menemukan planet baru dalam sistem tata surya di luar tata surya Bumi. Semula, sistem tata surya itu diketahui hanya memiliki empat planet. Dengan temuan itu, berarti ada lima planet dalam tata surya tersebut. Planet tersebut terletak 41 tahun cahaya dari Bumi.

Bintang yang merupakan ''matahari'' tata surya itu dinamai 55 Cancri. Hal itu merupakan penemuan terbesar dalam sistem tata surya tunggal di luar tata surya kita.

Para astronom telah menemukan lebih dari 250 planet di luar sistem tata surya kita. Planet baru itu sekitar 45 kali massa Bumi. Penemuan terbaru itu merupakan planet kelima yang mereka temukan di sekitar 55 Cancri, bintang kembar dalam konstelasi Cancer.

Para astronom menyatakan jika planet baru itu punya satu bulan berbatu atau beberapa bulan maka secara teoretis planet itu mungkin mengandung air, yang berarti bisa ada kehidupan di tempat itu. Suhu di permukaan planet itu juga tergolong sedang, seperti di Bumi.

Misterius

Namun, ukuran planet baru itulah yang sebenarnya menggugah rasa ingin tahu para pemburu planet ini. Menurut mereka, sistem yang terdiri atas lima planet ini memiliki banyak persamaan dengan sistem tata surya kita. Planet-planet itu mengitari sebuah bintang yang usia dan massanya hampir sama dengan Matahari. Planet kelima itu mirip dengan planet Jupiter dalam sistem tata surya Bumi.

Para astronom itu belum menemukan sebuah planet berbatu seperti Bumi atau Venus, namun menurut Profesor Geoff Marcy dari University of California, Berkeley, penemuan itu hanya masalah waktu dan teknologi.

''Di antara planet keempat dan planet kelima yang seperti Jupiter itu, kami yakin banyak hal menarik dan misterius yang belum tersibak,'' jelasnya. ''Kami belum tahu ada apa di situ. Teknologi kami saat ini bisa mendeteksi planet-planet besar seperti Neptunus, Saturnus, dan Jupiter. Tetapi, tidak terlihat ada planet seperti itu, Jadi, jika ada planet-planet lain, benda langit itu pastilah lebih kecil dari ukuran yang bisa terdeteksi oleh teknologi kami. Planet-planet itu bisa saja sebesar Bumi.''

''Yang jelas, sangat tidak mungkin di antara planet-planet itu tidak terdapat planet lain. Jadi, mungkin ada planet-planet kecil, seperti Venus, Mars, atau Bumi,'' kata dia.

Temuan itu juga menemukan, sistem tata surya tempat Bumi berada ini ternyata bukan sesuatu yang unik karena ada sistem tata surya lain yang juga memiliki planet-planet yang tersusun mirip tata surya kita. ''Bisa terjadi, ada pula kehidupan lain di luar tata surya kita, hanya kita belum mengetahuinya,'' ujarnya.

Penemuan-Penemuan favorit Astronomi

0 komentar


Picture
HAWAII (Suaramedia) Bertahun-tahun lamanya astronom dunia selalu berusaha mencari tahu keadaan dunia luar, melalui teknologi yang semakin canggih.

Penemuan-penemuan ini ternyata patut diacungi jempol. Pasalnya, telah ditemui titik terang akan apa sebenarnya yang terjadi di luar bumi, meskipun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan itu semua. Sedangkan untuk keadaan planet di luar bumi, astronom memastikan ada sekira 50 planet baru yang terbentuk pada tahun ini. "Ini merupakan tahun yang sangat menarik untuk penemuan eksoplanet. Bahkan bantuan teknologi canggih, seperti teleskop baru, benar-benar memungkinkan para astronom untuk melakukan pengukuran yang lebih akurat yang mampu membawa kita menemukan hal-hal yang tidak mungkin," ujar astronom dari Universitas Hawaii, seperti dikutip melalui space.com, Kamis (25/12/2008).

Ilmuwan Eropa Temukan 32 Planet Baru

0 komentar
Picture

Astronom Amerika Temukan Dunia Lain

0 komentar
Picture
Astronom Amerika Temukan Dunia Lain Sejumlah astronom Amerika mengatakan, mereka menemukan dua lagi planet sebesar Neptunus yang mengitari bintang-bintang di luar sistem tata surya kita.

Mereka menyatakan, penemuan dunia terkecil yang terlihat mengitari bintang-bintang lain itu merupakan terobosan dalam penelitian tentang dunia-dunia lain dan kehidupan di luar angkasa.

Planet-planet itu hanya sekitar 15 kali lebih besar dari Bumi. Dunia yang sebelumnya dikenal adalah kelas Yupiter sekitar 318 kali lebih besar dari Bumi.

Satu dari planet baru itu berada dalam sistem empat planet pertama yang pernah ditemukan. "Kami hampir menemukan dunia sebesar Bumi yang sebenarnya," kata pemburu planet Geoff Marcy dari Universitas California.

Menggunakan teleskop di Hawaii, California, dan Texas, para astronom itu menemukan planet-planet sebesar Neptunus pertama di luar sistem tata surya kita.

Salah satu di antaranya mungkin hanya 14 kali massa Bumi, yang mungkin cukup kecil untuk memiliki permukaan padat dan temperatur yang mungkin mendatangkan kehidupan.

"Ukuran planet-planet itu agak aneh, namun kami tidak berpikir tentang massa Yupiter atau Saturnus, namun massa Bumi," kata Geoff Marcy.

Membingungkan

"Semua eksoplanet yang ditemukan sejauh ini sebagian besar gas-gas raksasa, namun planet-planet baru ini membingungkan - mereka mungkin berbentuk gas seperti Yupiter, namun planet-planet itu mungkin juga memiliki inti es batu dan tertutup gas hidrogen dan helium, seperti Neptunus, atau mereka mungkin kombinasi batu dan es, seperti Merkurius."

Profesor Marcy dan koleganya Paul Butler, dari Institut Carnegie Washington, serta Barbara McArthur dari Universitas Texas, ketua tim kedua, mengumumkan penemuan mereka pada konferensi pers NASA.

Dua halaman yang memerinci penemuan planet baru itu diserahkan ke The Astrophysical Journal Juli lalu dan diterima.

Deteksi planet di luar tata surya sebesar Neptunus, yang belum ditinjau dengan seksama dalam satu jurnal, diumumkan astronom Eropa pada 25 Agustus lalu.

Ketiga planet ini ditemukan dengan meneliti goyangan bintang itu yang disebabkan oleh tarikan gravitasi planet pada bintang saat mengitarinya. Tarikan tersebut menimbulkan geseran Doppler pada sinar yang dipancarkan bintang itu.

Para peneliti menyatakan planet-planet baru itu, meski besarnya hampir sama dengan Bumi, bentuknya sama sekali tidak mirip Bumi. Kedunya mengitari bintang-bintang mereka dalam beberapa hari dan sangat dekat saat terbakar pada bagian yang menghadap bintang itu.

Planet Keempat

Planet yang lebih kecil dari dua planet itu, dengan massa minimum 14 massa Bumi, ditemukan McArthur dan timnya di sekitar bintang 55 Cancri.

Itu merupakan planet keempat yang ditemukan di sekitar 55 Cancri, bintang kuning G yang letaknya hanya 41 tahun cahaya dari Bumi dalam konstelasi Cancer. "Mungkin ada planet-planet lain di sistem ini," kata McArthur.

Planet yang lebih besar, dengan ukuran minimum 21 kali massa Bumi, mengitari bintang merah M, Gliese 436, yang sekitar 50 kali lebih suram dibandingkan matahari kita dan terletak 33 tahun cahaya dalam konstelasi Leo.

Jika planet yang mengitari Gliese 436 itu memiliki sedikit atmosfer untuk menyebarkan panas, planet itu mungkin memiliki temperatur 377 derajat Celsius di sisi yang menghadap bintang. Di sisi itu, planet tersebut mungkin siang terus, dan saat temperaturnya puluhan derajat di bawah nol, planet itu akan mengalami malam terus.

Namun, temperatur di batas senja mungkin lebih nyaman, paling tidak dari perspektif Bumi, kata Marcy. "Bagian depan panas dan belakang mungkin dingin, namun daerah di antaranya mungkin memiliki temperatur moderat antara 0 dan 100 derajat Celsius," jelasnya.

Penemuan planet-planet terkecil secara bersamaan ini mungkin menunjukkan keberadaan mereka sudah biasa, tambah Marcy.(bbc-niek-46)

Asteroid kecil bisa disangka Serangan Nuklir

0 komentar
Picture

Asteroid-asteroid kecil yang memasuki atmosfer Bumi namun tidak pernah sampai jatuh ke tanah, ternyata dapat saja mendatangkan dampak mematikan.

Sebab, asteroid-asteroid tersebut mungkin dikira ledakan nuklir oleh negara-negara yang peralatannya tidak mampu menunjukkan perbedaan antara suatu benda angkasa dan rudal musuh, kata para ilmuwan AS.

Satu peristiwa seperti itu terjadi pada 6 Juni lalu, ketika satelit-satelit AS memberikan peringatan dini yang mendeteksi suatu kilatan cahaya di atas Mediterania (kawasan Laut Tengah).

Kilatan itu mengindikasikan adanya pelepasan energi besar seperti anergi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, kata Brigadir Jenderal AD AS Simon Worden, di hadapan sidang DPR AS yang membahas isu ruang angkasa dan aeronautika, akhir pekan lalu.

Kilatan cahaya tersebut terjadi, ketika sebuah asteroid mungkin berdiameter 10 meter jatuh ke lapisan atmosfer Bumi, menghasilkan gelombang kejut yang akan mengguncang setiap kapal yang berlayar di kawasan tersebut dan mungkin menyebabkan kerusakan kecil, kata Worden.

Sedikit pemberitahuan diberikan mengenai peristiwa tersebut pada saat itu, tapi Worden mengatakan jika itu terjadi selama beberapa jam sebelumnya dan berlangsung di atas India dan Pakistan, akibatnya mungkin mengerikan.

''Menurut pengetahuan kami, tidak satu pun dari negara-negara itu memiliki sensor canggih yang dapat menentukan perbedaan antara objek dekat Bumi (NEO) alami, seperti asteroid, dan suatu ledakan nuklir,'' tambahnya.

619 Objek

''Kepanikan yang timbul di negara-negara bermusuhan yang masing-masing punya senjata nuklir bisa pecah dan menyulut perang nuklir yang kita hindari selama lebih dari separo abad,'' kata dia, pada sebuah komisi DPR yang menyidik risiko dari asteroid atau objek lain yang mungkin membentur Bumi.

''Pada saat Capitol Hill (Kongres AS) Putih sibuk membicarakan Presiden Saddam Hussein dan ancaman potensial Irak karena bisa menguasai senjata pemusnah massal, kita perlu mencatat bahwa ada objek-objek di luar angkasa yang mungkin mengarah ke Bumi, yang mengandung begitu banyak kekuatan destruktif sehingga membuat Saddam Hussein tampak menjadi faktor tidak berbahaya pada kehidupan kita,'' kata Dana Rohrabacher dari Partai Republik, California, yang menjabat sebagai ketua sidang itu, kepada peserta sidang.

Para pakar astronomi telah lama prihatin atas kerusakan akibat asteroid dan komet. Sejak 1998 NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa AS) telah mengidentifikasi 90 persen dari seluruh NEO - objek-objek berdiameter satu kilometer atau lebih - pada 2008.

Kepala bidang ilmu ruang angkasa NASA, Ed Weiler, mengatakan pada komisi tersebut bahwa para ilmuwan telah mengidentifikasi 619 objek yang diduga asteroid besar dan berbahaya, yang sekitar separo pakar astronomi yakin asteroid-asteroid itu ada di sekitar Bumi.

Jenis asteroid besar tersebut membentur Bumi beberapa kali setiap jutaan tahun, dan ketika itu terjadi, menyebabkan bencana regional.

Sebaliknya, asteroid berdiameter 4,8 kilometer yang disebut penyebab kiamat - seperti diyakini orang telah memusnahkan dinosaurus - membentur Bumi sekali setiap sepuluh juta tahun atau lebih.

Dua Kali Setahun

Salah satu yang menyebabkan kilatan cahaya di atas Mediterania pada Juni lalu, mungkin asteroid berukuran sebesar mobil, dan tidak berbahaya bagi Bumi. Asteroid seperti itu memasuki atmosfir dua kali sebulan.

Namun asteroid-asteroid berukuran berkisar dari 30 meter sampai ratusan meter dapat menyebabkan kerusakan serius, termasuk menimbulkan gelombang kejut yang luar biasa atau tsunami jika asteroid itu jatuh di laut, yang menyebabkan bencana meluas jika tsunami terjadi dekat pantai berpenduduk.

Asteroid berukuran kecil tidak menjadi bagian penelitian NASA, dan Worden berpendapat yang kecil-kecil itu mungkin lebih baik menjadi peran Angkatan Udara AS untuk melacaknya.

Menurutnya, juga penting untuk memberikan peringatan dini mengenai benda-benda angkasa yang memasuki Bumi kepada negara-negara lain yang tidak memiliki teknologi tersebut.

Worden mengatakan, Amerika Serikat negara satu-satunya di dunia yang memiliki kemampuan dalam waktu kurang satu menit untuk menentukan apakah sebuah objek angkasa yang meluncur ke Bumi adalah asteroid atau bom.

Negara itu menghabiskan sekitar empat juta dolar AS (sekitar Rp 36 mi-liar) setahun untuk melacak asteroid dan komet, tapi sangat sedikit strategi yang menjauhkan asteroid dan komet itu dari Bumi, kata para ilmuwan bulan lalu.(rtr-ben-30)
sumber : suaramerdeka.com

Desain Terbaru Roket Untuk ke Bulan

0 komentar

Desain Terbaru Roket Untuk ke Bulan


HUNSTSVILLE, RABU - Desain terbaru roket yang akan dipakai untuk mengirimkan astronot ke Bulan berukuran lebih besar dari versi sebelumnya. Badan antariksa AS NASA memamerkan desain roket yang diberi nama Ares V itu di Pusat Ruang Angkasa Marshall, Huntsville, Alabama, AS, Rabu (25/6) waktu setempat.

Panjang roket tersebut 6 meter lebih panjang daripada desain sebelumnya. Selain itu, roket juga terdiri dari enam tingkat atau ditambahkan satu tingkat. Para insinyur NASA juga memperbesar ukuran dua roket pendorong agar memuat bahan bakar lebih banyak dan mengangkut beban lebih berat.

Gambaran Terbaru Struktur Bima Sakti

0 komentar

Semula, galaksi Bima Sakti digambarkan sebagai sebuah struktur spiral dengan empat lengan yang tersusun atas bintang-bintang, masing masing adalah lengan Norma, Scutum-Centaurus, Sagittarius, dan Perseus. Selain itu terdapat pula pita gas dan debu di daerah pusat galaksi. Matahari kita terletak pada sebuah lengan kecil yang disebut lengan Orion, yang terletak diantara lengan Sagittarius dan Perseus.
Model yang disusun berdasarkan observasi radio tahun 1950-an terhadap gas-gas dalam galaksi ini bertahan hingga mengalami revisi pada tahun 1990-an. Berdasarkan hasil dari large infrared sky survey, ditemukan keberadaan pita besar yang terdiri dari bintang-bintang di tengah galaksi Bima Sakti. Sinar inframerah dapat menembus debu, dan dengan demikian teleskop yang dirancang untuk mengumpulkan sinar inframerah dapat melihat lebih jelas kedalam pusat galaksi yang dipenuhi debu dan aneka macam objek.
Berikutnya, pada 2005, para astronom mulai menggunakan detektor inframerah pada teleskop antariksa Spitzer untuk memperoleh informasi lebih rinci mengenai pita tersebut. Sekelompok astronom yang dipimpin oleh Robert Benjamin dari University of Wisconsin menemukan bahwa pita yang terentang dari pusat Galaksi ke arah luar tersebut lebih luas dan lebih panjang dibanding yang diperkirakan sebelumnya.
Mereka memperoleh citra inframerah terbaru dari Bimasakti yang menunjukan galaksi ini terentang 130 derajat di sepanjang langit dan satu derajat merentang dari bidang galaksi menuju ke atas dan bawah. Mosaik ini terdiri dari 800.000 gambar yang diambil dan menampilkan lebih dari 110 juta bintang.